Berselimut Air Mata

340140105l Berselimut Air MataMalam temaram, udara dingin terasa menusuk tulang. Rumah Amalia kedatangan tamu, seorang ibu bersama dua putranya. Terdengar lantunan ayat suci al-Quran anak-anak Amalia. Beliau dan kedua putranya turut membaca Yasin. Memanjatkan untuk suaminya yang tercinta. Hampir seumur hidupnya dihabiskan untuk mengabdi kepada suaminya. Perjalanan hidupnya terjal dan berliku, penuh onak dan duri. Luka perih dihati tak tertahankan. Hidupnya bagai berselimutkan air amata.
Kisah yang dituturkan berawal dari sebuah kesuksesan yang diraih suaminya membuat hidup keluarga menjadi lebih baik. Anak-anak yang ke sekolah jalan kaki menjadi diantar pakai mobil. Rumah yang dulu panas kemudian ada pendingin. Kebutuhan hidup yang serba sulit menjadi tercukupi bahkan melimpah. ‘Hidup kami bahagia Mas..’tutur beliau. Dipuncak kariernya sang suami terlihat lebih sayang kepada keluarga. Sampai kemudian dikejutkan oleh kenyataan pahit datang tiba-tiba. Suaminya meninggalkan rumah bersama perempuan lain yang justru dikenalnya. Hatinya hancur karena harus banting tulang untuk menghidupi anak-anaknya. ‘Hanya pada Allahlah saya memohon dan berserah diri..’ ungkap beliau. Sampai batas titik nadir Allah Subhanahu wa Ta’ala menguji dirinya.

Bertahun-tahun suami pergi meninggalkan dirinya dan anak2nya. Tiba-tiba suaminya datang kembali ke rumah dengan membawa dua anak dari istri mudanya. Suaminya bercerita bahwa istri mudanya telah meninggal dunia, usahanya mengalami kebangkrutan dan menjadi pengangguran. Dipeluk suaminya dengan tertumpah semua air mata. Didekap erat tubuh suaminya, dia bersedih sekaligus gembira karena suaminya telah kembali. Air matanya tak terbendung. Seolah penderitaan yang dialami selama ini tak sebanding dengan penderitaan yang dialami oleh sang suami.
‘Rumah menjadi ramai karena anggota keluarga bertambah, biasa kami bertiga sekarang menjadi berenam,’ kata beliau. ‘Saya mengajarkan kepada anak-anak bagaimana mengubah benci menjadi cinta karena begitulah Nabi Muhammad mengajarkan kepada kita sampai akhirnya anak-anak saya menerima dengan baik, saudara-saudara dari istri muda ayahnya. Mereka berkumpul dan bermain bagai saudara sekandung.’ tutur sang Ibu terlihat wajahnya yang telah termakan usia. Setiap hari suaminya pergi mencari nafkah, berangkat pagi sampai pulang malam. Pada suatu hari suaminya sakit terkena Bronchitis dan muntah darah. Dua bulan kemudian sang suami meninggal dunia dipangkuannya. Dielus dan dibelai rambut sang suami yang telah memutih. Meninggal dengan senyuman dengan kasih sayang seorang istri. Semua anak-anaknya menangisi kepergian ayahnya. Ayah yang dicintai oleh anak-anak dan istrinya.
‘Mas Agus, Puluhan tahun saya benci, marah dan kesal. Allah menyentuh hati saya agar saya bisa memaafkan, mengasihi dan menyayangi kepada orang-orang yang telah menyakiti hati saya bahkan tiada kenal lelah saya berdoa memohon kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala agar keluarga kami diberkahi dan Allah mengabulkan doa saya, memberikan kami dan keluarga sebuah kebahagiaan’ Ucap beliau dengan air mata yang bercucuran. Subhnallah…

Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya. (QS Ath-Thalaq 4).
Orang Terbaik

Bagikan Artikel ini ke teman Anda...!!!
Powered by Blogger.