Sekilas Tentang Hedonisme

Banyak dari kita terutama mahasiswa sosio-humaniora (mahasiswa fakultas ekonomi, sospol, hukum, ilmu budaya, psikologi) yang mungkin secara tidak sadar telah terperangkap dalam jurang hedonisme yang sangat dalam.
Ngomong-ngomong, apa sih hedonisme itu? Mungkin pembaca uda tau tentang hedonisme, bahkan sering ngeliat atau punya temen-temen yang hedon tapi kita belum bisa menjelaskan hedonisme secara tekstual. Nah betapa banyaknya mereka itu hidup di kampus dan menekuni ilmu di bidang sosio-humaniora (biasanya mereka beredar di jurusan manajemen, akuntansi, hukum, psikologi, komunikasi dan HI) dan fakultas kedokteran yang mahalnya nggak karuan (Insya Allah, sedikit kaum miskin di kampus ini) pokoknya yang kampusnya bayare mahal deh dan gradenya tinggi. hihihi
Sebelum mblusuk lebih jauh lagi, mari kita menyatukan presepsi hedonisme disini. Hedonisme ini nggak muncul seiring majunya zaman yang kian modern lho. Mereka (kaum hedon) itu uda ada sejak jaman yunani kuno. Wahwah.. eksis terus rek.. sama kayak kaum transgender yang sudah ada sejak jaman nabi Lut. hehehe
Penulis mencoba mengambil pengertian hedonisme dari buku “Filsafat Moral”, Hedonisme merupakan salah satu teori etika yang paling tua, paling sederhana, paling kebenda-bendaan, dan dari abad ke abad slalu kita temukan. Untuk aliran ini, kesenangan (kenikmatan) adalah tujuan akhir hidup dan yang baik yang tertinggi. Kaum hedonis modern memilih kata kebahagiaan untuk kesenangan.
Hedonisme pertama-tama dirumuskan oleh Aristippus yang salah menafsirkan ajaran gurunya, Socrates yang berkata bahwa tujuan hidup adalah kebahagiaan. Aristippus menyamakan kebahagian dengan kesenangan. Menurutnya, kesenangan berkat gerakan lemah, rasa sakit berkat gerakan kasar.
Kesenangan sesaat yang dinikmati itu yang dihargai. Suatu perbuatan disebut baik jika dapat menyebabkan kesenangan dan memberi kenikmatan. Kebajikan menahan kita agar tidak jatuh dalam nafsu yang berlebihan yakni gerakan kasar jadi tidak menyenangkan.
Hedonisme dihaluskan oleh Epicurus dan dihubungkan teori fisika dari Demokritos. Epicurus, tujuan hidup bukan kesenangan yang kuat, melainkan suatu kedamaian. Kita harus menghindari rasa takut terhadap dewa dan maut. Kesenangan intelektual saja tidak cukup, tanpa merasakan kesenangan inderani.
Suatu perumusan yang kurang tepat oleh Epicurus untuk menghindari rasa takut terhadap dewa dan maut, yakni melalui cara senang-senang atau mengejar materi dalam hidup. Kayaknya dia orang yang materialistis deh dan percaya setelah mati yo mati tapi anehnya dia kok percaya adanya dewa. Epicurus ini sama halnya kayak manusia jaman sekarang atau orang-orang yang beragama yang selalu takut mati dan percaya Tuhan tapi jarang bahkan tidak pernah menjalankan perintah-Nya.
“Hedonism” menurut kamus oxford memiliki makna The highest good and proper aim of human life. Kurang lebih indonesianya kayak gini kata temen saya, Tujuan hidup manusia yang paling baik dan menyeluruh.
Kalo John Winter dalam bukunya yang berjudul Agar Langkah Hidup Anda Bahagia, mengatakan bahwa gaya hidup hedonisme diciptakan oleh sebuah zaman di mana zaman ini telah mendahulukan keinginan yang bersumber dari hawa nafsu, bukan dari pikiran rasional yang nyata.
Dari semua penjelasan di atas, pembaca bisa menarik kesimpulan. Kalo kesimpulan penulis tentang hedonisme adalah isine mek seneng-seneng, gengsi, foya-foya, glamour, shooper, eksklusifitas, tak lekang oleh waktu buang-buang duit dan mereka itu cuma bisa numpang kekayaanya ortunya dan selalu dimanja oleh ortunya bahkan nggak pernah dapet perhatian ortunya karena saking sibuk ortunya. Hahahaha
Hidup nggak cuma materi and seneng-seneng aja cuy, ada yang jauh lebih berharga daripada itu. Apakah bisa kaum hedon merasakan apa yang dirasakan di luar kaum mereka? Apakah mereka mau ikut acara “tukar nasib” di sctv atau “jika aku menjadi” di trans tv?


Yah, mungkin karena kurang peka terhadap lingkungannya hingga kalo ada duitpun mereka bingung mau dibuang kemana? Akhirnya ngelakuin hal yang aneh menurut kita (bagi yang non-hedon lho), kayak creambath, meni pedi, shooping, nongkring di starbucks or black canyon dan tempat nongkrong mahal lainnya. Mungkin selain kenikmatan, mereka juga memikirkan gengsi betapa asoynya buang-buang duit di tempat yang mahal.
Mereka atau sebagian dari kita punya pendapat, yah selama mereka senang dengan itu semua ya why not? Ngapain juga toh kita ngurusin mereka? Lha wong mereka nggak pernah ngurusin kita kok? Bukannya mau ngurusin atau apa lah, cuma bisa ngebayangin nggak? kalo kita uda punya anak or sohib lah terus menganut paham ini? emane rek, golek duit angel-angel kok koyok buang sampah sembarangan ae. Hahaha
Bukankah sebagai umat kita harus saling mengingatkan? Sampaikanlah walau hanya satu ayat.
Daripada ngelakuin hal yang bermanfaat untuk diri sendiri, toh lebih baik ngelakuin hal yang bermanfaat untuk orang lain atau orang banyak (g sebatas lingkup kita sajo). Inget, manusia itu makhluk sosial and nggak bisa hidup sendiri. Sekarang mungkin kita bisa hidup sendiri, lha terus nek wes matek, sopo rek sing ngubur awak dewe?
Sebagai contoh kecil, tanpa ada maksud merugikan atau justifikasi terhadap temen-temen di Surabaya, kayaknya jumlah kaum hedon di kampus a dan kampus b unair jauh lebih banyak daripada di kampus sukolilo alias its. Hehehe
Kenapa demikian? Arep hedon nang its rodo angel rek, slain nang kono akeh arek sing rajin, akeh lanange, rodo mbeling, tugase akeh, terus yang terutama mau lulus normal (4th) itu susah lho, arep seneng-seneng wae piye? Mau jadi mahasiswa abadi hanya untuk berhedon ria? Hahaha. Maklum meski sekarang kuliah di UGM, penulis sempat mengalami asam-manis perkuliahan di its selama 2 semester dan punya sedikit kerabat disana terutama anak-anak basket its yang baik dan budiman. Jadi yo iso cerito masio sitik ae lho. hhihi
Kalo di unair, yah tanya aja ama anak unair. Kampus A dan Kampus B, terutama kampus B itu bisa dikatain pusat hedonisme surabaya lho. Soale disana ada manajemen, akuntansi, komunikasi, HI, hukum, sastra inggris dan psikologi dimana semua ilmu ini ada hubungan emosional dengan hedonisme. Hahahai
Wes nggak wani cerito akeh-akeh, wedi ono sing tersinggung n diancem terus dikongkon penelitian langsung, nek hasile bener n memang banyak yang hedon disana, kan repot sisan rek? Hhihi
Apa jadinya kalo kampus yang kumpulan orang-orang berpendidikan tinggi dan intelektual, dihuni oleh kaum hedon?
Dulu mahasiswa iku dikenal sebagai penyambung lidah rakyat karena mahasiswa itu selain sekumpulan intelektual, mereka juga punya daya kritis terhadap sebuah sistem yang merugikan rakyat dan pro rakyat. Siapa dulu yang nyulik soekarno-hatta ke rengasdengklok? Mahasiswa. Siapa yang slalu demo ketika harga kebutuhan naik? Mahasiswa. Siapa yang ngejatuhin soeharto? Mahasiswa. Siapakah yang diajar dosen? Yo mahasiswa lah. Hhihi
Sekarang semakin jarang mahasiswa yang demikian terutama mahasiswa jurusan sosio humaniora. Yah, karena mereka sudah tidak peka lagi terhadap lingkup sekitarnya dan masa bodoh dengan bangsa. Sekarang kuliah hanya untuk mengejar status sosial dan memperoleh pekerjaan. Untuk yang satu ini, yang salah bukan kita tapi sistem baru yang terus merubah pola pikir kita.
Terus kenapa ya mahasiswa kok bisa jadi hedon?
Banyak jawaban yang bisa diperoleh dari pertanyaan ini, yang pasti karena mereka ekonominya menengah ke atas dan lingkungan mereka. Namun ada hal lain yang bisa kita perhatikan, sistem ujian masuk peruguruan tinggi non SPMB atau SNMPTN.
Betapa mahalnya dan susahnya masuk jurusan yang bagus-bagus. Kalo di Unair kan ada PMDK Reguler yang mahal itu lho (baik spp maupun sumbangannya), Kalo di UGM ada namanya UM dan PBS (sama mahalnya buat masuk coz kena sumbangan dulu dengan aneka harga). Kalo di UI namanya simak (oia, kata temen penulis dari UI, sekarang SPP UI 7,5 juta lho untuk semua jalur. Wow!!!). Kalo di ITS namanya jalur kemitraan. Dan masih banyak jalur duit lainya kayak di ITB, UNPAD, dan lainnya.
Kayaknya semua jalur di atas erat banget hubungannya ama duit yang nggak sedikit. Makane rek, nek kuliah iku ojo males-males. Mesakke wong tuo sing wes metu duit akeh. Hhihi
Nah dari semua jalur duit itu, tentunya nggak sedikit dong bangku buat mereka. coba bandingin ama temen-temen yang masuk via tes prestasi/akademik dan spmb. Kayaknya mereka justru jadi kaum minoritas di jurusan yang banyak peminatnya. Hehehe
Jadi nggak heran deh, kalo di kampus bisa ditemuin sekumpulan makhluk gaib penganut aliran hedonisme.
Si Mbah, Paklek, Bulek, Ortu dan Orang-orang jaman dulu yang pernah kuliah pun cuma bisa geleng-geleng dan tercengang (lebay nek iki) ketika tahu kuliah di negeri sekarang mahalnya amit-amit and bikin sembelit. Hhii
Mahalnya biaya pendidikan dan kesehatan seakan ditujukan untuk masyrakat tertentu saja. huft
Padahal jaman dulu sekolah negeri itu murah lho, soale negara ikut terlibat. Saiki negara wes rodo cuek. Pendidikan dan Kesehatan adalah faktor penting majunya sebuah bangsa, gimana bisa menciptakan bangsa yang sehat dan terdidik sedangkan akses kesana susah dan mahal boss!!!
Kalo dulu masih banyak orang miskin ditemuin di kampus meski kampus elite or jurusane apik, sekarang kayaknya jarang banget kita bisa berjumpa mereka. padahal di indonesia ini kan masih banyak orang miskin, tapi kenapa ya jarang ditemuin di kampus dan rumah sakit dengan fasilitas oke? Yang ada malah orang @L4y.. Hhihii
Yah, bagi kawan-kawan yang masih hedon, silahkan berhedon sampe mampus. Bagi kawan-kawan yang lagi merintis kesuksesan, tak dungakno lancar jaya!!! Tunjukin kalo kita bisa jauh lebih baik daripada orang-orang yang hidupnya cuma seneng-seneng dan buang-buang duit.

sumber : kompasiana


Category Article
Bagikan Artikel ini ke teman Anda...!!!

What's on Your Mind...

Silahkan Berkomentar dengan sopan, hindari kata-kata kotor, sara dan spam.
Semoga Bermanfaat.

Powered by Blogger.