Semua Orang Sayang Dahlan Iskan

13322996921351837017
(dari Tempo.co)
Setelah Selasa pagi, 20 Maret 2012 memberi pelajaran berharga kepada Direksi PT Jasa Marga Tbk terkait masalah antrian panjang mobil di gerbang tol, siangnya seusai rapat di kantor Garuda, Menteri BUMN Dahlan Iskan bertolak ke Tianjin, transit di Guongzhou, Tiongkok.
Kepergiannya ke Tiongkok kali ini adalah dalam rangka menjalankan medical scheck-up wajib yang harus dilakukan First Centre Hospital, Tianjin, Tiongkok. Rumah sakit yang sekitar lima tahun yang lalu, tepatnya pada 6 Agustus 2007, Dahlan menjalani transplantasi liver (hati) dengan sukses. Dahlan Iskan terpaksa menjalani operasi ganti hatinya itu karena hatinya terkena kanker, dan sudah sangat kronis.
Pengalamannya menjalani operasi transplantasi hati tersebut telah dibukukan dalam sebuah buku yang berjudul Ganti Hati. Buku yang merupakan kumpulan tulisan bersambung pengalaman Dahlan selama menjalani proses transplantasi hati di Harian Jawa Pos itu menjadi salah satu buku best seller nasional sejak diterbitkan pertamakali oleh JP Book pada Oktober 2007. Mengalami cetak ulang sampai beberapakali. Kemudian diterbitkan kembali oleh Penerbit Elex Media Komputindo (Grup Gramedia – Kompas) pada Januari 2012 dengan wajah dan format baru yang lebih lebih menarik.
Menurut Dahlan Iskan sesuai dengan ilmu kedokteran yang diketahuinya, lima tahun setelah menjalani operasi adalah masa-masa kritis seorang pasien seperti dirinya. “Bila melewati lima tahun itu, insya Allah pertanda hati baru saya sudah benar-benar menyatu dengan tubuh saya,” kata Dahlan Iskan seperti yang dikutip Antaranews.com.
Sebagai seorang manusia biasa menghadapi periode tersebut Dahlan mengaku sempat deg-degan. Seperti menghitung hari. Menjelang waktu 6 Agustus 2012 itu. Namun demikian Dahlan berusaha tetap tegar. Menurutnya, transplantasi hati bagi seseorang hanya sebuah jalan untuk (terus hidup), tetap takdirlah yang menentukan.
“Untuk itu saya bersyukur mendapatkan berkah dan bisa bertahan hingga sekarang,” kata Dahlan.
13322997781510565974
First Centre Hospital, Tianjin, Tiongkok, tempat Dahlan Iskan 5 tahun lalu menjalani transplantasi hati. Kini dia harus melakukan medical chek-up di sana (cititransplant.com)
Kunci dari bisa bertahannya dia sampai hari ini kata Dahlan adalah disiplin yang tinggi.
“Saya disiplin karena taruhannya mati. Sesuatu yang taruhannya mati akan membuat seseorang tingkat disiplinnya meningkat.”
Selain itu tip yang membuatnya bisa bertahan seperti sekarang ini adalah juga tetap bekerja keras, berolahraga, dan tidak pernah lupa minum obat. Dengan pola hidup demikian semangat hidupnya tetap sangat tinggi karena dia merasa benar-benar menikmatinya. Maklum Dahlan sejak kecil memang seorang pekerja keras, yang tidak bisa diam berlama-lama.
“Obat yang saya konsumsi tiga kali sehari bukan untuk menyembuhkan. Tetapi hanya alat untuk mempertahankan agar hati yang dicangkok tetap terkoneksi dengan tubuh saya,” jelas Dahlan Iskan.
Semua ucapan Dahlan Iskan ini sudah dia buktikan. Hal yang telah diketahui umum dari beraneka tulisan pengalaman yang ditulis sendiri, maupun kesaksian-kesaksian orang-orang di sekitarnya. Bahwa kehidupan yang dijalani Dahlan Iskan memang ditempuh dengan disiplin yang sangat tinggi. Mulai dari istirahat yang cukup, berolah raga secara teratur, terutama jogging setiap pagi buta, dan tetap kerja keras. Meskipun tidak sampai menjadi workaholic.
Ketika operasi ganti hatinya sudah selesai dilakukan, dan Dahlan sudah siuman. Dia diperintahkan dokter agar jangan bergerak agar luka bekas operasinya bisa cepat kering dan penyambungan pembuluh darah di liver tidak terganggu. Perintah dokter itu dijalani Dahlan secara benar-benar harafiah. Dia benar-benar tidak bergerak selama 24 jam di ranjangnya. Kata, Dahlan di Ganti Hati, rasa penat luar biasa tentu saja dirasakan selama itu. Tetapi itu semua mampu dilewati karena sudah terbiasa tiap malam harus berdiri di ruang layout lebih dari 12 jam. Tiap malam tujuh hari seminggu. Tiga puluh hari sebulan. Tiga ratus lima puluh hari setahun.
Nasihat untuk tidak sampai diperbudak pekerjaan sendiri dengan risiko maut cepat datang menjemput bagi seseorang yang baru menjalani transplantasi hati (dan ginjal) itu pernah disampaikan Dahlan Iskan kepada Presiden Komisaris PT HM Sampoerna Tbk, Angky Camaro, almarhum. Ketika yang bersangkutan baru saja menjalani transplantasi ginjalnya.
Menurut Dahlan, ketika itu Angky Camaro baru selesai menjalani operasi transplantasi ginjalnya. Dahlan khusus menemui almarhum untuk berbincang-bincang tentang operasi yang baru dijalaninya itu. Sebagai manusia “senasib” Dahlan memberi nasihat kepada Angky bahwa dia tidak boleh bekerja sampai terlalu keras lagi, karena baru selesai operasi. Kesehatan tetap harus benar-benar diutamakan bagi orang-orang seperti mereka. Tetapi, rupanya Angky hanya mengiyakan, dia tetap bekerja keras seperti biasanya. Hampir tidak mengenal waktu istirahat.
Akibatnya kemudian terjadi gangguan serius pada ginjal barunya itu. Setelah sekian lama diopname di rumah sakit, Komisaris PT HM Samperna itu meninggal dunia karena faktor ginjal barunya yang mengalami kerusakan.
Tentu saja sebenarnya pasti Anky juga sudah diingatkan dokternya tentang hal itu. Sebagaimana Dahlan Iskan juga diingatkan dokternya setelah selesai menjalani operasi ganti hati itu. Bahkan sampai sekarang pun, Professor Shen Zhong Yang, ketua tim dokter yang mengoperasi Dahlan secara rutin memantau perkembangan kesehatan pasiennya itu dari jauh.
1332300521100180197
(Ganti Hati, JP Books, 2007)
Seperti yang dikatakan Dahlan, sebenarnya dia telah terlambat delapan bulan dari waktu yang seharusnya untuk dia menjalani medical check-up itu. Tetapi, karena pekerjaannya sebagai menteri sangat banyak, jadwal itu terus tertunda. Sampai dokternya dari Tianjin itu memarahinya. Akhirnya, Dahlan pun berangkat ke Tiongkok untuk menjalani medical check-up wajib itu, Selasa, 20 Maret 2012.
Sebelum Dahlan mengingatkan dan menasihati Angky Camaro, sebetulnya dia sudah lebih dulu diingatkan oleh Chairman Emeritus & Senior Board Advisor Bank OCBC NISP, Karmaka Surjaudaja. Ketika itu, November 2007, setelah baru sekitar tiga bulan pulang dari Tiongkok, sesudah menjalani transplantasi hatinya itu, Dahlan sudah mulai aktif bekerja seperti biasa sebagai CEO Jawa Pos. Mungkin saking semangatnya bisa kembali bekerja Dahlan lupa dengan nasihat dokternya.
Karmaka Surjaudaja, jauh-jauh datang dari Bandung, khusus untuk menemui Dahlan di kantornya di Graha Pena, Surabaya, untuk berbicara tentang kesehatan Dahlan Iskan. Karena dia mendengar Dahlan sudah masuk kerja dan bekerja seperti biasa. Karmaka tahu kalau Dahlan sudah mulai kerja, kerjanya itu seperti apa. Sampai dini hari itu sudah menjadi ciri khasnya.
Dalam pertemuan itulah Dahlan baru tahu, ternyata pemilik Bank NISP itu (kini OCBC NISP), 10 tahun sebelum dia, pernah juga menjalani operasi transplantasi hati seperti dirinya. Bahkan bukan hati saja, tetapi juga ginjalnya yang sekarang adalah hasil transplantasi!
Pada kesempatan itulah Dahlan dinasihati untuk harus tetap menjalani kehidupan sehat dengan disiplin yang tinggi, tetapi tidak boleh kerja terlalu keras. Orang yang belum lama menjalani transplantasi hati itu tidak boleh sampai terkena virus. Jangan sampai terkena flu. Harus mengurangi banyak kegiatan, dan seterusnya. Karmaka jauh-jauh datang dari Bandung ke Surabaya menegaskan semua itu setelah mendengar Dahlan sudah mulai aktif bekerja seperti biasa. “Tidak boleh, Pak Dahlan. Tidak boleh begitu,” katanya, seperti yang diceritakan kembali oleh Dahlan dalam buku yang berjudul Tidak Ada yang Tidak Bisa (Jaring Pena, 2008).
Buku tersebut ditulis oleh Dahlan Iskan. Isinya menceritakan kisah hidup yang sangat tragis dan dramatis dari Karmaka Surjaudaja ( Kwee Tjie Hoei). Dari seorang bayi 10 bulan terapung-apung di laut, sampai sukses membesarkan Bank NISP. Kisah hidup itu semula berupa perbincangan saling bertukar pengalaman hidup, antara Karmaka dengan Dahlan dalam pertemuan mereka itu. Kemudian karena merasa sangat tertarik dengan kisah hidup Karmaka, Dahlan pun menawarkan diri untuk menulis buku tersebut.
Buku ini pun telah diterbitkan ulang oleh Penerbit Elex Media Komputindo pada 8 Februari 2012, dengan wajah dan yang baru pula. Seperti pada buku Ganti Hati. Lebih luks dan lebih menarik perwajahannya.
Dari penelesuran pengalaman Dahlan Iskan seperti yang dituturkan di atas itu, maka kita dapat mengambil kesimpulan bahwa meskipun operasi transplantasi hati, dan ginjal berhasil dengan baik, tetapi sang pasien wajib mutlak untuk terus menjalani kehidupannya dengan tingkat disiplin yang sangat tinggi. Kalau tidak mau, maut lebih cepat datang menjemput.
Dahlan Iskan yang sebelumnya sudah terbiasa hidup dengan disiplin yang tinggi itu, pun dapat menjalaninya dengan sangat baik, sampai dengan hari ini. Tentang Dahlan yang dikenal sebagai orang yang tidak bisa diam duduk di belakang meja terlalu lama, tetapi terus bekerja keras, apakah itu tidak akan mempengaruhi kesehatannya?
Mudah-mudahan saja tidak. Dahlan sendiri mengaku bahwa sampai sekarang dia tidak merasa ada kelainan pada tubuhnya. Itu sebagai pertanda bahwa hati barunya itu sudah semakin beradaptasi, menyatu dengan organ-organ tubuh lainnya.
Meskipun Dahlan Iskan terlihat selalu super sibuk, tetapi berkat kebiasaannya hidup disiplin, rupanya Dahlan masih tetap punya cukup waktu untuk beristirahat.
Pada waktu Dahlan masih belum sepopuler sekarang saja, pada waktu dia menjalani operasi ganti hatinya pada Agustus 2007 itu dukungan semangat dan doa kepadanya sudahlah sangat banyak. Semua lapisan masyarakat di Surabaya dan Jawa Timur turut mendoakan dan mengikuti perkembangan jalannya operasi tersebut.
Umat Budha di Surabaya, misalnya, pada hari Dahlan akan dioperasi telah berkumpul 1.000 umat Budha di Shi Mian Fo (Budha Empat Wajah) di Kenjeran, Surabaya. Mereka berdoa terus non-stop mulai hari itu sampai operasi selesai dilakukan. Dan itu durasinya sampai keesokan harinya.
Ketika banyak orang berdoa kepadanya dengan sederet kalimat-kalimat doa yang panjang-panjang, menurut Dahlan dia sendiri menjelang masuk ke kamar operasi juga berdoa untuk dirinya sendiri. Tetapi dia sempat bingung juga, doanya harus dengan kalaimat-kalimat bagaimana? Akhirnya, Dahlan memutuskan doa yang sangat pendek dan sangat sederhana.
Dia berdoa begini, “Tuhan terserah Engkau sajalah. Terjadilah yang harus terjadi. Kalau saya harus mati, matilah. Kalau saya harus hidup, hiduplah. Amin”. Setelah itu hatinya terasa langsung plong. Pasrah dan berserah diri sepenuhnya kepada Tuhan.
1332300867511836422
Semangat hidup dan belajar yang sangat tinggi. Sambil menunggu datangnya hati barunya, Dahlan Iskan masih menyempat diri untuk belajar bahasa Tionghoa (JP Books, 2007)
Selama di rumah sakit, selain istrinya (Nafsiah Sabri) dan dua orang anaknya (Azrul Ananda dan Isna Fitriana), yang tentu saja yang paling mengharapkan orang tercintanya itu sehat kembali, Dahlan Iskan juga didampingi oleh seorang saudara angkatnya di Tianjin, Guo Qiang, dan seorang sahabat kentalnya dari Singapura, Robert Lai. Mereka inilah yang secara langsung terus mendampingi Dahlan Iskan sampai selesai menjalani operasi, dan kembali ke Indonesia.
Rupanya Dahlan Iskan punya saudara angkat di Tiongkok. Dan, rupanya Dahlan iskan juga punya nama Tionghoa di sana. Namanya itu adalah Yu-Shi Gan (baca: i-se-kan). Oh, rupanya dari pelafalan nama “Iskan” menurut dialek Tionghoa, ya?
Robert Lai, sahabat kental Dahlan yang juga seorang pengusaha besar di Singapura dan Hongkong, itu, misalnya, adalah orang yang selalu setia mendampingi dan paling memperhatikan sisi kebersihan dari Dahlan Iskan. Sebab seseorang yang baru selesai ditransplantasi hatinya itu benar-benar harus menjalani kehidupan yang steril selama beberapa waktu. Robert Lai yang membersihkan kamar tempat Dahlan diopname ketika Dahlan akan dikembalikan dari ruang operasinya, agar sedapat mungkin terbebas dari segala macam virus dan bakteri.
Bahkan sampai ketika Dahlan Iskan diangkat sebagai Menteri BUMN, Robert Lai ini juga datang khusus ke Jakarta untuk memeriksa ruang kerja Dahlan Iskan, apakah benar-benar sudah bersih dan memenuhi syarat kesehatan untuk ditempati oleh seorang bekas pasien transplantasi hati itu.
1332301004125868966
Istri tercinta dan sahabat kentalnya, Robert Lai menjelang Dahlan Iskan dimasukkan ke ruang operasi (JP Books, 2007)
Kemarin, dari Guangzhou, Dahlan iskan titip pesan melalui media kepada rakyat Indonesia agar tolong turut mendoakannya agar sukses dalam menjalani cek kesehatan di First Centre Hospital, di Tianjin itu.
Dari kisah di atas, kita dapat mengetahui bahwa sangat banyak orang yang sayang kepada Dahlan Iskan. Apalagi sekarang. Sudah tidak sebatas lagi orang di Surabaya dan Jawa Timur, tetapi kini bisa dikatakan semua orang Indonesia sayang kepada Dahlan Iskan. Oleh karena itu tentu saja semua orang Indonesia, semua rakyat Indonesia tanpa diminta Dahlan iskan pun, dengan sukarela berdoa untuknya, agar hasil cek kesehatannya di Tianjin, Tiongkok itu baik, sangat baik. Amin. ***

Catatan:
Tanggal 22 Maret 2012, cek kesehatan Dahlan Iskan telah usai. Dokternya bilang, sangat baik. Luar biasa, kesehatan Dahlan iskan lelebihi orang-orang seusianya. Selengkapnya baca di sini:
http://www.tempo.co/read/news/2012/03/22/219391949/Kesehatan-Dahlan-Iskan-Luar-Biasa
Referensi:
- Buku Ganti Hati (JP Book, 2007),
- Buku Tidak Ada yang Tidak Bisa (Jaring Pena, 2008)

Terimakasih telah mengunjungi bolg kami, silahkan share se banyak banyak nya, Motivarts
4.5


Category Article
Bagikan Artikel ini ke teman Anda...!!!

What's on Your Mind...

Silahkan Berkomentar dengan sopan, hindari kata-kata kotor, sara dan spam.
Semoga Bermanfaat.

Powered by Blogger.