Home >Unlabelled > Berselimut Air Mata
Berselimut Air Mata
Posted on Monday, October 24, 2011
Malam
temaram, udara dingin terasa menusuk tulang. Rumah Amalia kedatangan
tamu, seorang ibu bersama dua putranya. Terdengar lantunan ayat suci
al-Quran anak-anak Amalia. Beliau dan kedua putranya turut membaca
Yasin. Memanjatkan untuk suaminya yang tercinta. Hampir seumur hidupnya
dihabiskan untuk mengabdi kepada suaminya. Perjalanan hidupnya terjal
dan berliku, penuh onak dan duri. Luka perih dihati tak tertahankan.
Hidupnya bagai berselimutkan air amata.
Kisah yang dituturkan berawal dari sebuah kesuksesan yang diraih
suaminya membuat hidup keluarga menjadi lebih baik. Anak-anak yang ke
sekolah jalan kaki menjadi diantar pakai mobil. Rumah yang dulu panas
kemudian ada pendingin. Kebutuhan hidup yang serba sulit menjadi
tercukupi bahkan melimpah. ‘Hidup kami bahagia Mas..’tutur beliau.
Dipuncak kariernya sang suami terlihat lebih sayang kepada keluarga.
Sampai kemudian dikejutkan oleh kenyataan pahit datang tiba-tiba.
Suaminya meninggalkan rumah bersama perempuan lain yang justru
dikenalnya. Hatinya hancur karena harus banting tulang untuk menghidupi
anak-anaknya. ‘Hanya pada Allahlah saya memohon dan berserah diri..’
ungkap beliau. Sampai batas titik nadir Allah Subhanahu wa Ta’ala
menguji dirinya.
Bertahun-tahun suami pergi meninggalkan dirinya dan anak2nya.
Tiba-tiba suaminya datang kembali ke rumah dengan membawa dua anak dari
istri mudanya. Suaminya bercerita bahwa istri mudanya telah meninggal
dunia, usahanya mengalami kebangkrutan dan menjadi pengangguran. Dipeluk
suaminya dengan tertumpah semua air mata. Didekap erat tubuh suaminya,
dia bersedih sekaligus gembira karena suaminya telah kembali. Air
matanya tak terbendung. Seolah penderitaan yang dialami selama ini tak
sebanding dengan penderitaan yang dialami oleh sang suami.
‘Rumah menjadi ramai karena anggota keluarga bertambah, biasa kami
bertiga sekarang menjadi berenam,’ kata beliau. ‘Saya mengajarkan kepada
anak-anak bagaimana mengubah benci menjadi cinta karena begitulah Nabi
Muhammad mengajarkan kepada kita sampai akhirnya anak-anak saya menerima
dengan baik, saudara-saudara dari istri muda ayahnya. Mereka berkumpul
dan bermain bagai saudara sekandung.’ tutur sang Ibu terlihat wajahnya
yang telah termakan usia. Setiap hari suaminya pergi mencari nafkah,
berangkat pagi sampai pulang malam. Pada suatu hari suaminya sakit
terkena Bronchitis dan muntah darah. Dua bulan kemudian sang suami
meninggal dunia dipangkuannya. Dielus dan dibelai rambut sang suami yang
telah memutih. Meninggal dengan senyuman dengan kasih sayang seorang
istri. Semua anak-anaknya menangisi kepergian ayahnya. Ayah yang
dicintai oleh anak-anak dan istrinya.
‘Mas Agus, Puluhan tahun saya benci, marah dan kesal. Allah menyentuh
hati saya agar saya bisa memaafkan, mengasihi dan menyayangi kepada
orang-orang yang telah menyakiti hati saya bahkan tiada kenal lelah saya
berdoa memohon kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala agar keluarga kami
diberkahi dan Allah mengabulkan doa saya, memberikan kami dan keluarga
sebuah kebahagiaan’ Ucap beliau dengan air mata yang bercucuran.
Subhnallah…
—
Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya. (QS Ath-Thalaq 4).
Orang Terbaik