Hedonisme


Hedonisme adalah pandangan hidup yang menganggap bahwa orang akan menjadi bahagia dengan mencari kebahagiaan sebanyak mungkin dan sedapat mungkin menghindari perasaan-perasaan yang menyakitkan. Hedonisme merupakan ajaran atau pandangan bahwa kesenangan atau kenikmatan merupakan tujuan hidup dan tindakan manusia. 

Etimologi

Kata hedonisme diambil dari Bahasa Yunani ἡδονισμόςhēdonismos dari akar kata ἡδονή hēdonē, artinya "kesenangan". [3] Paham ini berusaha menjelaskan adalah baik apa yang memuaskan keinginan manusia dan apa yang meningkatkan kuantitas kesenangan itu sendiri.[4]

Latar belakang

Hedonisme muncul pada awal sejarah filsafat sekitar tahun 433 SM. [4] Hedonisme ingin menjawab pertanyaan filsafat "apa yang menjadi hal terbaik bagi manusia?" [4] Hal ini diawali dengan Sokrates yang menanyakan tentang apa yang sebenarnya menjadi tujuan akhir manusia. [4] Lalu Aristippos dari Kyrene (433-355 SM) menjawab bahwa yang menjadi hal terbaik bagi manusia adalah kesenangan. [4] Aristippos memaparkan bahwa manusia sejak masa kecilnya selalu mencari kesenangan dan bila tidak mencapainya, manusia itu akan mencari sesuatu yang lain lagi. Pandangan tentang 'kesenangan' (hedonisme) ini kemudian dilanjutkan seorang filsuf Yunani lain bernama Epikuros (341-270 SM).[4] Menurutnya, tindakan manusia yang mencari kesenangan adalah kodrat alamiah. [4] Meskipun demikian, hedonisme Epikurean lebih luas karena tidak hanya mencakup kesenangan badani saja --seperti Kaum Aristippos--, melainkan kesenangan rohani juga, seperti terbebasnya jiwa dari keresahan. 


Tokoh

Aristippus dari Kyrene adalah seorang filsuf Yunani yang memperlajari ajaran-ajaran Protagoras. [5] Ini dilakukannya selama berada di kota asalnya, yaitu Kyrene, Afrika Utara. [5] Aristippus kemudian mencari Sokrates dan menjalin hubungan baik dengannya. [5] Setelah Sokrates wafat, Aristippos tampil sebagai "Sofis" dan menjadi guru profesional di Atena. [5] Lalu di Kyrene ia mendirikan sekolah yang dinamakan ''Cyrenaic School'' yang merupakan salah satu sekolah Sokratik yang tidak dominan. [5] [6] Sekolah ini mengajarkan perasaan-perasaan sebagai kebenaran yang paling tepat dalam hidup. [5] Kesenangan adalah baik --termasuk juga kepuasan badani--. [5] Kehidupan orang bijak selalu mencari jaminan kesenangan maksimal. [5]

Aristippus menyetujui pendapat Sokrates bahwa keutamaan adalah mencari "yang baik". [7] Akan tetapi, ia menyamakan "yang baik" ini dengan kesenangan "hedone". [4] Menurutnya, akal (rasio) menusia harus memaksimalkan kesenangan dan meminimalkan kesusahan. [4] Hidup yang baik berkaitan dengan kerangka rasional tentang kenikmatan. [4]

Kesenangan menurut Aristoppus bersifat badani (gerak dalam badan). [4] Ia membagi gerakan itu menjadi tiga kemungkinan:

1. Gerak kasar, yang menyebabkan ketidaksenangan seperti rasa sakit

2. Gerak halus, yang membuat kesenangan

3. Tiada gerak, yaitu sebuah keadaan netral seperti kondisi saat tidur.

Aristippus melihat kesenangan sebagai hal aktual, artinya kesenangan terjadi kini dan di sini. [4] Kesenangan bukan sebuah masa lalu atau masa depan. Menurutnya, masa lalu hanya ingatan akan kesenangan (hal yang sudah pergi) dan masa depan adalah hal yang belum jelas. [4]

Meskipun kesenangan dijunjung tinggi oleh Aristoppus, ada batasan kesenangan itu sendiri. [4] Batasan itu berupa pengendalian diri. [4] [1] Meskipun demikian, pengendalian diri ini bukan berarti meninggalkan kesenangan. [4] Misalnya, orang yang sungguh-sungguh mau mencapai nikmat sebanyak mungkin dari kegiatan makan dan minum bukan dengan cara makan sebanyak-banyaknya atau rakus, tetapi harus dikendalikan/dikontrol agar mencapai kenikmatan yang sebenarnya. [1]

 

 Source : wikipedia


Category Article , ,
Bagikan Artikel ini ke teman Anda...!!!

What's on Your Mind...

Silahkan Berkomentar dengan sopan, hindari kata-kata kotor, sara dan spam.
Semoga Bermanfaat.

Powered by Blogger.