“Takdir bisa diubah, asal kita kerja keras” – Sandhy Sondoro


Nama Sandhy Sondoro mulai melambung di blantika musik Indonesia. Suara merdunya semakin menjadi favorit pecinta musik, terutama dalam aliran pop dan jazz. Salah satu peristiwa yang ramai dibicarakan pecinta musik di Indonesia adalah saat Sandhy berkolaborasi dengan Glenn Fredly serta Endah & Resha dalam ajang musik tahunan Jakarta Internasional Java Jazz Festival 2010. Mungkin Anda pun salah satu pengunjung yang terkesima dengan performanya saat itu.
Kerja Keras Membiayai Hidup
Kesuksesan Sandhy di masa kini tak lepas dari perjalanan hidupnya yang penuh perjuangan. Dimulai ketika Sandhy hendak kuliah di Jerman, ia berjanji pada orang tuanya hanya perlu dibiayai selama setahun pertama di sana, dan seterusnya ia akan membiayai hidupnya sendiri.
Pada awalnya, Sandhy kuliah di jurusan Arsitektur. Di tengah jalan, ia banting setir dan pindah ke jurusan Desain Interior. Walaupun jurusan kuliahnya bukan terbilang santai, yang dikerjakan Sandhy sehari-harinya bukan cuma belajar dan belajar.
Sambil kuliah, Sandhy bekerja paruh waktu hingga ia lulus. Bermacam-macam pekerjaan buruh pernah dijalaninya, seperti menjadi pencuci piring, tukang parkir, tukang koran, dan bekerja di dapur  restoran cepat saji. Apa boleh buat, Sandhy harus melakukan itu semua karena ia harus membiayai hidupnya sendiri, tak ada yang menopang. Namun, semua itu dijalaninya tanpa rasa malu ataupun gengsi. Baginya logis saja, untuk survive ia memang harus bekerja keras. Ia pun cukup bijaksana untuk menyadari bahwa jika mau sukses dalam aspek apapun, tak ada cara lain selain kerja keras.
Pekerjaan-pekerjaan seperti disebut di atas memang cukup untuk membiayai hidup mahasiswa sederhana seperti Sandhy, tapi ada hal yang tidak terpuaskan di situ. Kecintaannya pada musik masih terpendam begitu saja sebagai hobi. Menyadari bahwa ia punya bakat dalam bermusik, Sandhy pun memanfaatkannya sebagai sumber mata pencaharian pula. Sandhy menjadi pengamen jalanan.
Lama-lama “karir” adik sepupu dari aktris Ira Maya Sopha ini naik menjadi musisi kafe setelah ia membentuk band dengan teman-temannya. Band-nya ini mendapat sambutan luar biasa dari para pengunjung, yang sebagian diantaranya merupakan musisi profesional di sana.
Sebenarnya, Sandhy memang selalu bercita-cita untuk serius di bidang musik dan menjadi profesional, walaupun dalam bidang akademi ia justru memilih desain dan arsitektur. Jadi, ia tak sungkan-sungkan untuk mengikuti beberapa lomba menyanyi di Eropa. Setiap tawaran mengikuti lomba yang ditawarkan agennya selalu disambut dengan antusias oleh Sandhy.
Mengikuti Lomba Menyanyi
Stefan sucht den Super-Grand-Prix-Star (SSDSGPS) adalah sebuah lomba menyanyi yang bergengsi di Jerman. Lomba ini dimotori oleh Stefan Raab, seorang entertainer ternama di sana yang juga musisi. Sandhy pernah mengikuti lomba ini dan mencapai peringkat lima besar. Banyak orang di Indonesia salah mengira bahwa ajang yang diikuti Sandhy ini adalah German Idol. Mungkin memang  ada kesamaan format, namun menurut Sandhy ajang SSDSGPS lebih membebaskan para peserta untuk menjadi diri mereka sendiri, tidak ada busana ataupun koreografi yang diarahkan.
Setelah SSDSGPS, Sandhy mendapat kesempatan untuk mengikut lomba nyanyi lainnya di Eropa. Kali ini sebuah agen di Jerman menawarkannya untuk mengikuti ajang bernama New Wave di tahun 2009, yang diadakan di Pantai Yurmala, Latvia. Lomba ini memang bertujuan untuk mencari bakat-bakat baru, tidak ada hubungannya dengan aliran musik new wave yang sempat populer di tahun 1970-1980an. “Entah kenapa, orang yang selalu cari saya,” ujarnya setengah heran tentang keikutsertaan dalam lomba ini.
Sandhy berwarga negara Indonesia, tapi untungnya tak ada kerepotan administrasi untuk mengikuti lomba New Wave ini. Yang ia perlukan hanyalah talenta, tekad bulat, dan percaya diri untuk tampil dan dinilai oleh para juri. Sandhy tidak didampingi siapapun dari tim manajemen maupun staf Kedutaan Republik Indonesia.
Di perlombaan ini Sandhy membawakan lagu “When A Man Loves A Woman” milik Michael Bolton dengan tak kalah menawannya, dan “My Love” yang ia ciptakan sendiri. New Wave 2009 ini diikuti oleh 17 finalis dari 14 negara seperti Italia, Polandia, Finlandia, Perancis, Ukraina, dan Rusia. Sandhy mendapat nilai hampir sempurna dari para juri, dan berhasil menjadi juara bersama Jamala, peserta dari Ukraina, karena mereka mendapat nilai seri. Ini adalah pertama kalinya keluar pemenang seri dalam lomba tersebut.
Mulai Dikenal di Indonesia
Sebelum mengikuti ajang New Wave 2009, Sandhy sudah pernah membuat rekaman album. Ia pun sempat berusaha menawarkan albumnya itu ke label-label di Jakarta, dengan bantuan teman sejak kecil yang kini menjadi manajernya, Eric Qomarul. Sayang sekali kala itu tak ada label yang melirik rekaman Sandhy ini. Padahal, menurutnya, “Saya orang Indonesia, saya pengen musik saya didengar dan diterima oleh orang Indonesia.”
Bertepatan dengan masa itu, Sandhy mendapat tawaran untuk mengikuti New Wave tadi. Maka ia kembali lagi ke Eropa. Setelah kemenangannya, rekaman video penampilannya di New Wave beredar di internet, termasuk di YouTube.com. Sandhy sendiri tak tahu-menahu siapa yang mengunggah rekaman tersebut.

Ia tentunya gembira dengan sambutan positif orang-orang, terutama dari Indonesia. Namun satu hal yang ia sesalkan adalah, dari sekian banyak orang yang mengomentari performanya di situs-situs seperti YouTube dan MySpace, malah orang-orang Indonesia yang sebagian mengomentari hal-hal tidak profesional, hal-hal yang justru tak berhubungan dengan musikalitas Sandhy. Namun bukan Sandhy kalau gampang berkecil hati. Ia sadar akan kualitasnya, orang-orang terdekatnya pun mendukung, maka ia jalan terus meniti karirnya.
Sejak ketenarannya yang semakin meningkat di Internet, tawaran untuk tampil di panggung-panggung musik Indonesia berdatangan. Salah satunya adalah diajak Glenn Fredly untuk tampil bersamanya serta Endah N Rhesa di panggung Jakarta International Java Jazz Festival 2010. Acara yang dibanjiri massa terutama dari Jakarta ini merupakan sebuah kesempatan baik sekali untuk mengangkat nama Sandhy karena sejak itu namanya sering disebut-sebut dari mulut ke mulut. Berbagai pujian dilontarkan, dan di pertengahan tahun ia pun kembali tampil di panggung Urban Jazz Crossover 2010.
Karir Mendunia
Berkat penampilannya di Java Jazz Festival, Sandhy dilirik oleh Diane Warren, penyanyi kelas papan atas asal Amerika, yang menjadi salah satu aksi utama acara itu. Diane Warren mengundangnya tampil di Palladium Theatre di Hollywood, AS, untuk stasiun TV PBS. Tidak main-main, bintang-bintang lain yang juga tampil di panggung tersebut antara lain Cher, Patti Austin, Celine Dion, Toni Braxton, Eric Bennet, Fantasia, dan LeAnn Rimes.
Kesempatan ini sudah jelas merupakan bentuk pengakuan akan eksistensi Sandhy Sondoro di dunia musik internasional. Kemudian Sandhy dan Diane Warren bersama-sama menggarap materi lagu untuk rekaman.

Rekaman Album Baru
Saat ini Sandhy baru saja merampungkan rekaman album terbarunya, yang terdiri dari 10 lagu berbahasa Inggris dan 2 lagu berbahasa Indonesia. Materinya adalah gabungan dari album terdahulu dan beberapa lagu baru. Ia berencana akan memasarkannya pertama di Indonesia, Singapura, dan Malaysia, lalu di negara-negara Asia lainnya dan Eropa.
Di albumnya ini, Sandhy tidak mengajak nama besar untuk berkolaborasi, dan semua lagu ia sendiri yang menulis. Ketika ditanya apakah ada rencana untuk berkolaborasi dengan musisi beken Indonesia, ia menjawab, “Nggak ada. Belum ada rencana.” Namun, tak tertutup kemungkinan bagi Sandhy untuk bekerja sama dengan musisi atau penyanyi mana pun yang menurutnya memang berkualitas baik.
Inspirasi
Musisi yang mengagumi Iwan Fals, Chrisye, dan Benyamin S. ini melihat bahwa industri musik Indonesia sudah semakin berkembang. Musik di Indonesia juga semakin variatif. Namun ia menyayangkan banyaknya penyanyi yang muncul hanya sebagai boneka industri, dilengkapi dengan gaya berlebihan dan modal tampang rupawan saja, tanpa disertai bakat dan musikalitas yang baik. Itu sebabnya ia mengagumi ketiga nama di atas. Menurutnya, mereka memang berkualitas baik sebagai penyanyi, musisi, dan pencipta lagu, tanpa harus bergaya berlebihan. Sosok seperti itulah yang dijadikan Sandhy sebagai panutan dalam bermusik, selain Marvin Gaye, Barry White, dan The Beatles.
Untuk tempat tinggalnya, Sandhy tetap memilih Jerman. Alasannya, “Di sana gue bisa naik sepeda, udaranya bersih, lebih nyaman.” Namun ia tak mau membatasi di mana ia akan berkarya. Jadi, pecinta musik di Indonesia tentu masih akan terus bisa menikmati karya-karyanya hingga kapan pun.
Bagi siapapun yang baru mau mulai serius bermusik, Sandhy punya saran yang sederhana, “Latihan nyanyi tiap hari, kerja keras, sabar, dan be yourself.” Berdasarkan pengalaman hidupnya, ia yakin bahwa semua bisa diusahakan dengan kerja keras, dan takdir ada di tangan kita, jadi jangan hanya pasrah dan menunggu.
sumber : indonesiakreatif.net


Category Article ,
Bagikan Artikel ini ke teman Anda...!!!

What's on Your Mind...

Silahkan Berkomentar dengan sopan, hindari kata-kata kotor, sara dan spam.
Semoga Bermanfaat.

Powered by Blogger.